Al-qur`an adalah kitab umat islam sebagi petunjuk bagi
manusia yang mana Allah menurunkan alquran kepada manusia melalui 3 kali tahap
penurunan.
- Di lauhil mahfudz yang semua
orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu
katsir lewat riwayat ibnu khatam:
“Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya:
“Apapun yang di qodo’ Allah sebelum dan sesudah alquran , semuanya itu di
letakkan di lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan
siapaun tau tentang lauhil mahfudz. Adapun jumlahnya seklaigus atau jumlatan
wahidatan.
- Dari lauhil mahfudz ke baitul
‘izza
Yaitu
langit yang pertama yang tampak ketika dilihat di dunia ini namun tidak
diketahui letak persisinya. Adapun jumlahnya adalah semuanya (jumlatan
wahidatan) pada waktu lialatul qodar. Namun tanggalnya tidak diketahuai,
adapaun bulannya sudah jelas pada bulan ramadlan.
Al-Qurtubi
telah menukil dari Muqtil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa
turunnya al-qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit
dunia.
Sebetulnya
tidak hanya alquran saja yang diturunkan pada bulan romadhon, namun juga;.
1)
Taurot
: 6 hari setelah romadhon
2)
Suhuf ibrohim : 1 harisetelah romadhon
3)
Injil
: 13 hari setelah romadhon
4)
Zabur
: 12 hari setelah romadhon
- Dari baitul ‘izzah ke
Rasulallah.
Penurunannya
tidak seklaigus, namun diangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun[2]berdasrkan
kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau bahkan permintaan lewat malaikat
jibril.
Adapun
kitab-kitab samawi yang lain,seperti taurat, inzil, dan zabur,turunnya
sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini sebagaimana ditunjukkan
oleh firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. wöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºx2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ
“Dan
berkatalah orang-orang yang kafir : ‘mengapa Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya
dan kami membacakannya kelompok demi kelompok.” (al-furqon [25]:32).
Ayat-ayat
ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun sekaligus.Dan
inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya
kitab-ktab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir tidak
akan merasa heran terhadap Quran yang turun berangsur-angsur.Maka kata-kata
mereka,” mengapa Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti halnya
kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-Nya
didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka dalam
surah al-Furqan ayat 7:
(#qä9$s%ur ÉA$tB #x»yd ÉAqߧ9$# ã@à2ù't uQ$yè©Ü9$# ÓÅ´ôJtur Îû É-#uqóF{$# Iwöqs9 tAÌRé& Ïmøs9Î) Òn=tB cqä3usù ¼çmyètB #·ÉtR ÇÐÈ
”
Dan mereka berkata :mengapa rasul ini memakann makanan dan berjalan
dipasar-pasar?” (Al-Furqon:7) dengan jawaban:
“Dan
kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan
dipasar-pasar.”
Tetapi
Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah mengapa Quran diturunkan secara
bertahap dengan firman-Nya: ”Demikiannlah supaya kami perkuat hatimu”,
maksudnya: Demikianlah kami menurunkan Quran secara bertahap dan pisah-pisah
karena suatu hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah saw. ”Dan kami
membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya seayat dem
seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan
sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu
lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab
kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan
bahwa Quran turun menurut keperluan ,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang
lebuh banyak dari itu.
III.
Hikmah Turunnya Alqur’an Secara Berangsur-angsur
Al-Qur’an
tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam sekaligus satu
kitab tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut
tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau
tujuannya ialah:
- Untuk menguatkan hati Nabi
Shallahu ‘Alaihi wa Sallam .
Firman-Nya:
“Orang-orang
kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja?
Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
Kata
Abu Syamah, ayat itu menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an
secara berangsur-angsur. Tidak sekali turun langsung berbentuk kitab seperti
kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia
dan tujuannya? Tujuannya ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa
Sallam . Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa,
kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap
dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad.
Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang
tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya
dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira
yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik
di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
- Untuk menantang orang-orang
kafir yang mengingkari Qur’an
Karena
menurut mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan
begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu
melebihi) sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu
surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
- Supaya mudah dihapal dan
dipahami.
Memang,
dengan turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia
untuk menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta
huruf seperti orang-orang arab pada saat itu; Qur’an turun secara
berangsur-angsur tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami
ayat-ayatnya. Memang, ayat-ayat Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung
dihafalkan dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata:
“Pelajarilah
Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)
- Supaya orang-orang mukmin
antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya.
Dengan
begitu kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan
turunnya ayat-ayat Qur’an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa
yang sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar
bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah, dan
ayat-ayat tentang li’an.
- Mengiringi kejadian-kejadian di
masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
Al-Qur’an
turun secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat
penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah
yang sangat pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang
dipriorotaskan oleh Al-Qur’an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat,
iman kepada kitab-kitbnya, para rasulnya, iman kepdaa hari akhir, kebangkitan
dari kubur, dan surga neraka. Hal itu didukung dengan dalil-dalil yang rasional
yang tujuan untuk mencabut kepercayaan-kepercayaan jahiliyah yang
berpuluh-puluh tahun telah menancap di hati orang-orang musyrik untuk
ditanami/diganti dengan benih-benih akidah Islamiyah.
Setelah
akidah Islamiya itu tumbuh dan mengakar di hati, baru Allah menurunkan
ayat-ayat yang memerintah berakhlak yang baik dan mencegah perbuatan keji dan
mungkar untuk membasmi kejahatan serta kerusakan sampai ke akarnya. Juga
ayat-ayat yang menerangkan halal haram pada makanan, minuman, harta benda, kehormatan,
darah/pembunuh dan sebagainya. Begitulah Qur’an diturunkan sesuai dengan
kejadian-kejadian yang mengiringi perjalanan jihad panjang kaum muslimin dalam
memperjuangkan agama Allah di muka bumi. Dan ayat-ayat itu tak henti-henti
memotivasi mereka dalam perjuangan ini. Mari kita simak contoh-contoh di bawah
ini:
- Surat Al An’am adalah surat
makiyah karena turun di Mekah. Isinya menjelaskan perkara iman, akidah
tauhid, bahaya syirik, dan menerangkan apa yang halal dan haram, firman:
“Katakanlah:
“Marilah saya bacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua
orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
miskin. Kami yang akan memberi rizki kamu dan mereka.” (Al An’am:152)
Kemudian,
ayat-ayat yang menerangkan hukum-hukum secara rinci, baru menyusul turun di
Madinah; seperti tentang utang piutang dan pengharaman riba. Juga tentang zina,
itu diharamkan di Mekkah, yaitu ayat:
“Jangan
kau mendekati zina. Karena sesungguhnya zina satu perbuatan keji dan
seburuk-buruk jalan.” (Al
Isra:32)
Tapi,
ayat-ayat yang merinci hukuman bagi orang yang melakukan zina turun di Madinah
kemudian.
- Tentang undang-undang
pengharaman khamer, yang pertama kali turun ialah ayat:
“Dan
dari buah kurma serta anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang
baik …” (An-Nahl:67)
Kemudian
yang turun berikutnya ialah ayat:
“Mereka
bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah bahwa pada keduanya
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih
besar dari pada manfaatnya.”
(Al-Baqarah:219)
Di
dalam ayat itu dikatakan bahwa khamer itu mengandung manfaat yang temporal
sifatnya, dan bahayanya lebih besar bagi tubuh, bisa merusak akal, pemborosan
harta benda, dan bisa menimbulkan berbagai macam masalah kejahatan serta
kemaksiatan di masyarakat. Setelah itu turun ayat yang melarang mabuk ketika
shalat.
“Hai
orang-ornag yang beriman, janganlah kalian shalat ketika kalian dalam keadaan
mabuk sampai kalian mengerti apa yang kalian ucapkan.” (An-Nisaa’:43)
Setelah
mereka tahu dan menyadari bahwa mabuk saat shalat diharamkan, kemudian turun
ayat yang lebih tegas lagi:
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamer, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan setan. Oleh kraena itu, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (Al
Maidah:90)
Untuk
lebih menjelaskan lagi bahwa turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, ialah apa
yang dikatakan Bunda Aisyah berikut:
“Sesungguhnya
yang pertama kali turun ialah surat dari surat-surat mufashal yang di dalamnya
disebutkan perihal surga dan neraka, sehingga jika manusia telah kembali/masuk
Islam, maka turunlah surat yang menyebutkan tentang halal haram. Nah, sekiranya
yang mula-mula turun ialah ayat yang berbunyai: janganlah kamu minum khamer,
pasti mereka berkata: kami tidak akan meninggalkan kebiasaan minum khamer selama-lamanya.
Dan seandainya yang turun itu ayat yang berbunyi: jangan berzina, niscaya
mereka menjawab: kami tidak akan meninggalkan kebiasaan berzina
selama-lamanya.” (HR.Bukhari)
KESIMPULAN
Al
Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan
dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Dari sejarah diturunkannya
Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran mempunyai tiga tujuan pokok :
- Petunjuk akidah dan kepercayaan
yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan
Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
- Petunjuk mengenai akhlak yang
murni dengan jalan menerangkan normanorma keagamaan dan susila yang harus
diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
- Petunjuk mengenal syariat dan
hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata
lain yang lebih singkat, “Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke
jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar