Rabu, 31 Oktober 2012

Psikologi, gejala kognisi


BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Kognisi berasal dari kata “cognitive” yang berarti hal yang berhubungan dengan pengamatan. Dalam ilmu Psikologi, Kognisi merupakan bagian dari gejala jiwa manusia. Kognisi merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.
Jadi gejala-gejala kognisi itu adalah:
1.      Pengindraan
2.      Pengamatan, Tanggapan (persepsi)
3.      Reproduksi, Asosiasi, dan Appersepsi
4.      Fantasi
5.      Ingatan/memory
6.      Lupa
7.      Berfikir
8.      Inteligensi/intelek
9.      Intusi
Akan tetapi pada makalah ini kami hanya membahas tentang penginderaan, pengamatan, tanggapan, reproduksi dan asosiasi.

b.      Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pengindraan, pengematan, tanggapan, pengematan, reproduksi dan asosiasi.
2.      Yang termasuk pada pengindraan


BAB II
GEJALA PENGENALAN (KOGNISI)

A.    Pengindraan
Pengindraan ialah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan bagian-bagian atau unsur-unsur dari ransangan yang belum terurai, masih menjadi satu, bahkan diri kitapun seakan-akan termasuk didalamnya. Jadi jiwa kita pasif. Misalnya pengindraan kita atas kendaraan-kendaraan yang simpang siur dijalan raya, panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain dan sebagainya.[1]
Sejak individu dilahirkan  secara langsung dapat berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula individu-individu secara langsung menerima  rangsangan dari luar disamping menerima rangsangan dari dalam dirinya sendiri, seperti mulai merasa kedinginan, panas, sakit, senang dan sebagainya. Individu mengenal dunia sekitarnya dengan menggunakan alat inderanya.
Untuk jelasnya berikut ini adalah jenis-jenis atau kerjanya tiap-tiap indera  dari kelima panca indra kita sebagai berikut:
1.      Indra penglihatan
Alat yang berhubungan dengan penginderaan ini adalah mata. Indera ini menerima perangsangan cahaya, dan kerjanya dapat dibedakan menjadi 3 golongan:
a.       Menurut adanya cahaya: terang dan gelap
b.      Menurut Warna, ada warna-warna seperti: Merah, Jingga, Biru, Kuning,Ungu, hitam, putih dan abu-abu
  c.       Menurut ukuran: besar, bentuk dan jarak.[2]
Dalam Psikologi, dikenal empat warna pokok, yaitu: Merah, kuning, hijau dan biru. Jika masing-masing warna ini ditempatkan pada sudut segi empat, maka pada sisinya dapat kita temukan semua warna lainnya. Misalnya, warna ungu pada garis merah biru, oranye pada garis merah kuning, dan abu-abu pada garis hijau biru, dan lainnya.[3]
Merah                                Kuning
Biru                                   Hijau
2.      Indera Pendengaran
Kita mendengar dengan telinga. Pada pengindraan pendengaran di bedakan antara nada-nada (terdengar tenang dan teratur), dan desah-desah atau gersik (gelisah dan tidak teratur). Kekuatan nada itu tergfantung pada amplitudo dari getaran-getaran udara. Semakin tinggi jumlah getarannya semakin tinggilah nadanya. Nada dengan kekuatan 20.000-30.000 getaran perdetik tidak bisa lagi diamati noleh manusia. Nada paling rendah pada piano memiliki 27 getaran, sedangkan yang tertinggi memiliki 3. 480 getaran perdetik. Orang-orang yang lahir tuli, biasanya juga tidak bisa berbicara (bisu), sekalipun pada umumnya organ-prgan bicaranya normal keadaannya.
3.      Indera Pembau
Indera pembau berlangsung via perangsang-perangsang berbentuk gas yang mengenai selaput lendir hidung. Pada selaput lendir inilah terletak ujung-ujung syraf pembau. Menurut W. Henning (peneliti jerman 1924) ada 6 bau pokok:
bau busuk, bau bunga, bau buah,bau sangit, bau akar dan bau getah
4.      Indera pengecap
Ini berlangsung karena adanya rangsangan-rangsangan  cairan pada lidah dan tekak (langit-lamgit) lunak. Kepekaan orang untuk indera pengecap ini pun sangat berbeda. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi dari keempat cita rasa itu.
5.      Indera peraba
Indera ini menerima perangsang tekanan atau suhu dan sakit. Penginderaan terdapat pada seluruh tubuh, kecuali pada rambut, kuku dan gigi.[4]
6.      Indera keseimbangan
Indera ini menerima perangsang gangguan keseimbangan. Indera ini terletak pada telinga. Bentuknya seperti rumah siput. Indera inilah yang menjaga tubuh kita agar tetap tegak atau tetap seperti keadaan semula.
7.      Indera Kinaesthesis (Kineo= gerak)
Pada peristiwa ini, perangsang-perangsangnya berupa gerak-gerak  dan ketegangan-ketegangan  pada otot-otot tubuh . inderanya terdapat pada persendian.
8.      Indera Organis/vital
Ini merupakan penginderaan lapar, dahaga, sesak napas (kekurangan udara) dan pembuangan. Tidak ada pengaruh perangsang dari luar. Indera yang berfungsi untuk ini adalah organ-organ pencernaan makanan, pernapasan, organ sirkulasi darah, hati dan lain-lain.[5]
9.      Indera synaesthesi (indera penyerta)
Indera Synaesthesi adalah penginderaan tidak dengan indera yang bersangkutan, akan tetapi dengan indera lainnya.  Dalam pengelompokan indera ini dimasukan juga penggantian suatu indera lainnya. Misalnya, kebutaan mata digantikan oleh indera pendengaran dan perasa.
Pada umumnya pengindraan selalu disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan-rangsangan yang menarik perhatian kita. Namun pengamatan hanya dapat di lakukan oleh manusia, hewan dan bayi tidak dapat melakukannya. Jadi dalam pengamatan jiwa kita aktif.
B.     Pengamatan dan Tanggapan (persepsi)
1.      Pengamatan
Manusia mengenal dunia ini secara riil, baik dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya dimana dia ada, dengan melihatnya, mendengarnya, membawanya atau mengecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati, sedangkan melihat, mendengar dan seterusnya disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat; di sini, kini, sendiri dan bermateri.
Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.[6] Dan dapat juga diartikan pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang.
Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat pula memisahkan unsure-unsur dari obyek tersebut. Misalnya, becak melampaui kita, mula-mula Nampak bulatnya (penginderaan), tetapi kemudian makin jelas catnya, belnya, pengendaranya, rodanya, dan sebagainya.
Proses pengamatan itu melalui 3 saat:
1.    Saat alami (physis) : saat indera kita menerima perangsang dari alam luar.
2.    Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan  oleh urat syaraf sensoris ke otak.
3.    Saat rohani (saat phychis) : saat sampainya perangsang itu keotak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak.
Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah:
1.      Ada perhatian kita terhadap perangsang itu
2.      Ada perangsang yang mengenai alat indera kita
3.      Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak
4.      Kita dapat menyadari perangsang itu
2.      tanggapan
Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tingal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut dengan tanggapan.
Definisi tanggapan itu sendiri adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain.[7]
Segala sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya didalam jiwa kita. Bekas jejak/kesan dari luar yang tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (Reproduksi) sebagai Tanggapan. Reproduksi suatu tanggapan itu dari keadaan bawah sadar kedalam ke adaan sadar. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan itu adalah bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.[8]
Tanggapan disebut latent (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut berada dibawah sadar, atau tidak disadari. Sedangkan tanggapan yang disebut aktual, apabila tanggapan tersebut kiata sadari.
3.      Perbedaan antara pengamatan dan tanggapan.
A.    Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedangkan pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.
B.    Obyek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek pada tanggapan tidak mendetail.
C.    Pengamatan memerlukan perangsang, sedangkan pada tanggapan tidak memerlukan perangsang.
D.    Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan pada tanggapan bersifat imajiner.

C.    Reproduksi dan  Asosiasi
1.      Reproduksi
Yang disebut ialah daya jiwa kita yang dapat menimbulkan tanggapan-tanggapan ke kesadaran kita.
Reproduksi ialah permunculan tanggapan-tanggapan dari keadaan bawah sadar (tidak disadari) kedalam keadaan disadari. Ketika mengingat kembali suatu yang telah kita amati dan dan kita alami, karena adanya perangsang atau pengaruh dari luar. Reproduksi juga dapat muncul dengan sendirinya atau tidak sengaja, atau tidak ada sebab jadi secara spontan muncul dalam kesadaran. Misalnya:  tanpa sebab tertentu munculah peristiwa pedih yang mengingatkan pada masa-masa lalu.
Menurut cara timbulnya, Reproduksi bisa juga terikat: yaitu diikat dan dirong pleh kemauan sendiri, dengan kata lain, secara sengaja dan atas kemauan sendiri dapat menimbulkan reproduksi itu. Dan reproduksi bisa juga bersifat bebas atau tidak terikat, yakni reproduksi yang timbul dengan sendirinya, dengan tidak disengaja, sehinga bersifat apa adanya dan liar dalam benak kita.

2.      Asosiasi
Asosiasi tanggapan ialah sangkut-paut antara anggapan satu dengan yang lain di dalm jiwa. Tanggapan yang berasosiasi bercenderungan untuk memproduksi, artinya apabila yang satu di sadari maka yang lain ikut di sadari juga[9]. Tanggapan mengenai benda-benda disekitar diri kita itu selalu terasosiasi dengan nama-nama dari bendanya. Setiap asosiasi selalu menyertakan reproduksi. Maka psikologi kuno/lama menyusun lima hukum asosiasi, sebagai berikut:
Hukum 1: Hukum persamaan waktu: tanggapan-tanggapan yang muncul pada saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama. Misalnya, benda dengan namanya, kampus dengan jalannya, barang dengan bahannya, dan lain-lain.
Hukum 2: Hukum perurutan: benda atau peristiwa yang mempunyai perurutan, akan terasosiasi bersama. Misalnya: huruf-huruf Alfabet, melodi, sanjak, dan lain-lain.
Hukum 3: Hukum persamaan (persesuaian): tanggapan- tanggapan yang hamper sama, akan terasosiasi bersama. Misalnya: potret dangan orangnya, Surabaya dan Jakarta, lautan dengan lautan pasir, dan lain-lain.
Hukum 4: Hukum kebalikan (lawan): tanggapan-tanggapan yang berlawanan akan terasosiasi bersama. Misalnya: kaya miskin, tua-muda, besar-kecil, dan lain-lain.
Hukum 5: Hukum galur tau pertalian logis: tanggapan-tanggapan yang mempunyai perkaitan yang logis atau satu sama lain, akan terasoisasi bersama. Misalnya, liburan dengan pesiar, musim pancaroba dengan penyakit, dan lain-lain
Sebaliknya, psikologi modern hanya mengenal satu hokum asosiasi saja, yaitu hukum kontiguitas (berbatasan, berdampingan). Bunyi hukum kontiguitas ialah sebagai berikut: tanggapan-tanggapan akan terasosiasi satu sama lain apabila mereka itu kontigu, berdampingan atau berbatasan satu sama lain, karena mereka timbul bersamaan (koeksisiten), atau tersusun dekat didalam kesadaran.
Pada proses asosiasi, bisa berlangsung hambatan emosional. Misalnya berupa rasa malu, kecemasan, rasa minder, rasa takut, yang menghambat proses repruduksi dan asosiasi. Oleh karena itu, demi berhasilnya pendidikan, semua emosi yang hebat dan negatif sifatnya harus disingkirkan. Dan diperlukan sekali ialah: suasana tenang untuk menumbuhkan perasaan-perasaan yang seimbang.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ø  Penginderaan adalah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas).
Ø  Pengamatan adalah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera.
Ø  Tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan
Ø  Asosiasi adalah dikeluarkannya tanggapan dari bagian ketidak sadaran kita kebahagiaan sadar kita, ketika mengingat kembali suatu yang telah kita amati dan kita alami. Asosiasi seterusnya kita pakai dalam arti perhubungan dan pertautan.
a)       Hukum persamaan
b)       Hukum sebab-akibat
c)       Hukum sama waktu
d)       Hukum urutan 
e)       Hukum serempak
f)        Hukum berurutan
g)       Hukum berlawanan
Ø  Reproduksi ialah penjelmaan, penimbulan kembali sesuatu yang telah kita alami,Reproduksi dapat terjadi dengan sengaja tetapi dapat juga terjadi tidak dengan sengaja. Reproduksi dapat juga terjadi pengaruh dari luar.

B.     Kritik dan saran
Dari makalah ini penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatannya. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, agar dalam pembuatan makalah yang akan datang akan lebih baik dan tidak akan terjadi kesalahan lagi. Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui tentang Gejala Pengenalan Psikologi ini.





DAFTAR PUSTAKA

Patty, F, dkk, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional. 1982
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Kartini Kartono, Psikologi Umum, Bandung: CV Mandar Maju, 1990
Ahmadi , Drs. H. Abu, Psikologi Umum, PT Rineka Cipta, Jakarta; 2009
Nasaibani, Ladilaus, Psikologi Jung, Grasindo, Jakarta;2003


[1] . Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hal 63
[2]. Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal 23
[3].  Kartini Kartono, Psikologi Umum, Bandung: CV Mandar Maju, 1990, hal 52

[4] . Agus Sujanto, Op, Cit, hal 24
[5].  Kartini Kartono, Op, Cit, hal 55
[6] . Agus Sujanto, Op, Cit, hal 21
[7].  Kartini Kartono, Op, Cit, hal 58
[8].  F. patty, dkk, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982,  hal 89
[9]. Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal.72

Tidak ada komentar: