Rabu, 31 Oktober 2012

Ahlak mahmudah dan mazmumah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ahlak merupakan prilaku kita sehari yang ada sangkut-pautnya dengan nilai-nilai iman, islam dan ihsan. Didalam pengetian ahlak tersebut juga terbagi dari beberapa ahlak yang kita ketahui yaitu ahlakul karimah, ahlakul mahmudah dan ahlakul mazmumah.
Ahlak yang kita alami setiap harinya itu tergantung dengan apa yang kita lakukan, baik itu ahlakul mahmudah ataupun ahlakul mazmumah.


B. Rumusan Masalah
1.   Apakah pengertian ahlak itu ?
2.   Apakah itu Ahlakul Karimah
3.   Apakah itu Ahlakul Mazmumah







                          

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
Akhlak merupakan jama` “khulqu” dari bahasa arab yang artinya perangai, budi, tabiat, dan adab. Ahlak itu terbagi menjadi dua yaitu ahlak yang mulia, terpuji (Al-ahlakul Mahmudah) dan ahlak yang buruk atau ahlak yang tercela (Al-ahlakul mazmumah). Ahlak yang mulia meurut imam Ghazali ada empat perkara yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil.
Secara terminologi, akhlak adalah pola perilaku yang berdasarkan kepada dan memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan.
Menurut Imam Ghazali, akhlak yaitu suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan dengan senang tanpa memerlukan penelitian dan pemikiran. Sedangkan karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan yang keluar atau yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau akhlakul karimah.
               Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi 
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al-Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4: 
\
Artinya: 
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang 
agung. 
               Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah 
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, 
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain 
adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.

            Akhlak adalah bidang yang amat penting dalam sIstem hidup manusia. Ini disebabkan oleh nilai manusia itu pada hakikatnya terletak pada akhlak dirinya. Semakin tinggi nilai akhlak diri seseorang itu maka makin tinggi pula nilai kemanusian pada dirinya. Akhlak ini jugalah yang membedakan antara insan dengan hewan dari segi perilaku, tindak-tanduk dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak berakhlak adalah sama tarafnya dengan hewan malah lebih rendah dari itu.

Firman Allah subhanahu wa ta`alah:

“Dan sesugguhnya kami telah sediakan untuk neraka banyak sekali golongan jin dan manusia yang mana mereka mempunyai hati tetapi tidak mau mengerti dengannya, mempunyai mata tetapi tidak mau melihat dengannya, mempunyai telinga tetapi tidak mau mendengar dengannya, mereka itu seperti binatang malah lebih sesat, mereka ialah orang-orang yang lalai.” (Al-Araf:179).



B. Akhlakul Karimah

            Aqidah yang kuat merupakan akar bagi tegak dan kokohnya bangunan Islam. Kemudian syariah dan ibadah merupakan cabang-cabang yang akan membuatnya semakin rimbun, tampak subur, teduh dan kian menjulang. Sementara akhlak adalah buah yang akan dihasilkan oleh pohon yang berakarkan aqidah serta bercabang syariah dan berdaun ibadah. Pohon yang baik, tentunya akan menghasilkan buah yang baik. Maka aqidah, syariah serta ibadah yang mantab tentunya akan menghasilkan akhlak yang mantab pula, yaitu akhlakul karimah.
Karimah berarti mulia, terpuji, baik. Apabila perbuatan yang keluar atau yang dilakukan itu baik dan terpuji menurut syariat dan akal maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia atau akhlakul karimah.

            Akhlak merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat mendasar dan vital. Hal ini dibuktikan dengan diutusnya Rasulullah saw ke muka bumi ini yang tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, sebagimana tertuang dalam salah satu hadits Rasulullah saw yang artinya:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Berdasarkan hadits di atas, dapat dilihat bahwa sesungguhnya akhlak yang mulia bukan hanya diperuntukkan bagi umat muslim saja, namun bagi seluruh manusia.
‘Aisyah ra. ditanya mengenai akhlaq Rasulullah saw, maka beliau menjawab “Akhlaq Rasulullah adalah Al Quran”. (HR. Muslim)
            Dunia ini adalah alam sosialis yang mengharuskan setiap manusia atau bahkan hewan dan tumbuhan untuk dapat saling berinteraksi dengan baik. Dan itulah urgensi dari akhlakul karimah, sebagai sarana yang dapat melahirkan kehidupan sosial yang tenteram tanpa gontok-gontokan.
            Dan tentunya, ketenteraman dalam beribadah akan semakin mudah diraih manakala ketenteraman kehidupan pun ada. Dan ketenteraman hidup tentunya akan sangat membutuhkan timbal balik akhlakul karimah antar individu.

Syarat-Syarat (Kriteria) Akhlak
Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai akhlak jika ia memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Dilakukan berulang-ulang (continue). Jika dilakukan sekali saja atau jarang-jarang maka tidak dapat disebut sebagai akhlak. Sebagai contoh: jika seseorang tiba-tiba memberi hadiah kepada orang lain karena alasan tertentu maka orang tersebut tidak dapat dikatakan berakhlak mulia.
2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasan baginya. Jika suatu pernuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-timbang, apalagi karena terpaksa maka perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak. (Ensiklopedi Islam, Jilid I, 1993:102)

Sifat Akhlak Islami
            Bagaimanakah yang dimaksud dengan akhlak Islami? Akhlak Islami bersumber dari Al Quran dan Al Hadits, sifatnya tetap (tidak berubah-ubah) dan ia berlaku untuk selamanya-lamanya. Sedangkan etika dan moral hanya bersumber dari adat istiadat dan pikiran manusia, ia hanya berlaku pada waktu tertentu dan di tempat tertentu saja, ia selalu berubah-ubah (berubah-ubah seiring bergantinya masa dan kepemimpinan). Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos yang berarti kebiasaan. Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Baik dan buruk dalam pandangan akhlak adalah bergantung pada Al Quran dan Hadits yang selamanya tidak akan pernah berubah. Sedangkan dalam pandangan etika dan moral, baik dan buruk adalah bergantung kepada adat istiadat dan pemikiran manusia yang masih berlaku di suatu waktu dan tempat.
            Kemuliaan akhlak adalah maklumat utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw tentang tujuan pengutusan beliau ke muka bumi:
            “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)
            Berdasarkan pengertiannya, maka akhlak bukanlah sesuatu yang ada dan melekat pada diri seseorang dengan sendirinya, melainkan ditanam dan dilekatkan melalui suatu usaha atau proses (pembiasaan).
Fungsi akhlakul karimah dalam kehidupan adalah sebagai buah dari satu-satunya latar belakang diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Karena akhlakul karimah merupakan cermin dari berbagai aktivitas ibadah kepada Allah swt. Tanpa buah (akhlakul karimah) ini maka ibadah hanyalah sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak memiliki nilai dan manfaat apa-apa.
C. Ahlakul Mazmumah
            Ada 2 (dua) penggolongan ahlak secara garis besar yaiutu : ahlak Mahmudah ( fadilah) dan ahlak mazmumah (qabihah). Disamping istilah tersebut Imam Ghazali menggunakan istilah “munjizat” untuk ahlak mahmudah dan “muhlihat” untuk ahlak mazmumah.
            Selain menjaga akhlak mahmudah, seorang muslim juga harus menghindari akhlak madzmumah yang meliputi: tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan pemarah. Akhlak madzmumah adalah akhlak yang dikendalikan oleh Syetan dan kita sama sekali tidak boleh memiliki akhlak yang demikian, karena akhlak madzmumah adalah akhlak yang tercela dan sangat-sangat harus kita jauhi.
            Macam-macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan ahlak mazmumah. Ahlak mahmudah tentunya di lahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula ahlak mazmumah di lahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana telah di sebutkan pada halaman sebelumnya sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin/ gambaran daripada sifat/kelakuan batin.
            Adapun ahlak atau sifat-sifat mazmumah sebagaimana yang di kemukakan oleh para ahli ahlak, antara lain             :

  1. Ananiah           (egoistis )
Sesuatu sifat yang menyebabkan seseorang selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menguntungkan diri sendiri. Sifat ananiyah cenderung merugikan orang lain, sebab orang yang bersifat ananiyah ini tidak di benarkan, karena termasuk ahlak tercelah.
  1. Hasad              (dengki)
Menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah ialah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak senang kepda orang yang memperoleh keberuntungan atau karunia Allah SWT.
            Rasulullah SAW. Bersabda :
Artinya : “jauhkanlah dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar kayu”.
Contoh hasad : memcemarkan nama baik orang lain, menjelek-jelekan orang lain karena iri, dan suka memusuhi orang lain.
  1. Namimah         (mengadu domba)
Secara istilah, namimah berarti mengadu domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuha. Namimah termasuk perbuatan tercelah yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah SWT, dalam Al-qur`an.



Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang aku kasar selain dari itu yang terkenal kejahatannya. (Q.S Al-Qalam 10-14)
  1. Al-gaddab       ( pemarah)
Secara bahasa artinya keras, kasar, dan padat. Orang yang marah atau (pemarah) di sebut gadib. Gadab merupakan antonim (lawan kata) dari rida dan hilm (murah hati). Secara istilah, gadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain.
  1. Al-istikbar       (sombong), dll.
Firman Allah SWT :
Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S An-Nisa : 36).
Dari firman Allah di atas merupakan larangan untuk sombong dan bersifat membanggakan diri ataupun sifat yang egois.

















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
  Kemuliaan akhlak adalah maklumat utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw tentang tujuan pengutusan beliau ke muka bumi:
            “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)
            Berdasarkan pengertiannya, maka akhlak bukanlah sesuatu yang ada dan melekat pada diri seseorang dengan sendirinya, melainkan ditanam dan dilekatkan melalui suatu usaha atau proses (pembiasaan).
Fungsi akhlakul karimah dalam kehidupan adalah sebagai buah dari satu-satunya latar belakang diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah (menyembah) kepada Allah swt. Karena akhlakul karimah merupakan cermin dari berbagai aktivitas ibadah kepada Allah swt. Tanpa buah (akhlakul karimah) ini maka ibadah hanyalah sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak memiliki nilai dan manfaat apa-apa.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, seluruhnya baik dan apabila daging itu buruk, buruklah seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu adalah kalbu (hati).” (HR. Bukhari)
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW. Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyeru manusia kepada tauhid dan dengan akhlak jualah baginda menghadapi musuh di medan perang.
 

B. Kritik dan Saran
    Dari makalah ini penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatannya. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, agar dalam pembuatan makalah yang akan datang akan lebih baik dan tidak akan terjadi kesalahan lagi. Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui Ahlakul karimah dan Mazmumahnya pada diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Al-Ghalayani, Dr; 2001, Membentuk Ahlak : Mempersiapkan Generasi Ilmia, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Husain Abdullah, Muhammad; 2002, Di rasat fi al-fikri al islami : Studi dasar-dasar pemikiran islam. Pustaka Thariqul Islam, Bogor.
Taimiyah, Ibnu; 2001,  Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Azzam, Jakarta.
Kamal Pasha, Mustafa, Drs, B.Ed; 2003, Aqidah Islam, Citra Karsa Mandiri, Jogjakarta.
Mustafa, Drs, H. A; 1997, Ahlak Tasawuf, Cv. Pustaka Setia, Bandung.
Rahman, Abdul, 2010, Metode Dakwah, LP2 STAIN CURUP, Curup Bengkulu.






Tidak ada komentar: